KHADIJAH BINTI
KHUWALID
Dari Aisyah, ia
berkata : “Rasulullah saw bila menyembelih kambing, beliau berkata :
kirimkanlah kepada teman-teman Khadijah.”
Aisyah Berkata
: “Aku sebutkan hal ini kepadanya pada suatu hari, maka beliau berkata :
Sungguh aku mencintai orang yang dicintainya.”
Khadijah di Jaman Jahiliyah
Ia adalah
Khadijah binti Khuwalid bin Abdul Uzza bin Asad Al-Quraisyiah As-Shiddiqah
Al-Kubra. Ia adalah ibu pertama bagi kaum muslimin dan istri pertama Rasulullah
yang mulia. Di masa Jahiliyah ia pernah menikah dengan Abi Halah bin Zurarah
At-tamimi yang kemudian meninggal dunia. Dari suaminya tersebut khadijah
memiliki anak laki-laki yang bernama Hindan. Ia juga beriman kepada Rasulullah
dan menjadi sahabatnya, serta ikut dalam perang badar. Khadijah juga memiliki
putra bernama Halah bin Abi Halah yang juga salah seorang sahabat nabi.
Setelah Abu
Halah meninggal Khadijah menikah dengan Atiq bin Abid Al-Makhzumi dan mendapat
seorang putrid bernama Hindun yang masuk Islam dan menjadi sahabat nabi pula.
Kemudian ia menikah dengan pemimpin Islam yaitu Muhammad bin Abdullah.
Di masa
jahiliyah Khadijah bernama “Ath Thahirah” (yang suci) karena sangat pandai
memelihara diri dan orang-orang menyebutnya sebagai pemimpin kaum wanita
Quraisy.
Khadijah sebagai Pedagang
Khadijah adalah
seorang pedagang yang mulia dan berharta. Ia menyewa pekerja laki-laki untuk
mengurusi hartanya dan memperkerjakan mereka dengan imbalan yang diberikan
kepada mereka.
Dalam suatu
pertemuan antara Abi Thalib dan Nabi Muhammad, ia berkata kepada Nabi Muhammad
(saat itu Muhammad belum menjadi Nabi). “Hai putra saudaraku, aku seorang
laki-laki yang tak berharta dan zaman semakin sulit bagi kami. Kita telah
dilanda musim paceklik yang buruk dan tidak punya barang perniagaan. Ini adalah
kafilah kaummu yang akan pergi menuju syam. Khadijah mengirim orang laki-laki
dari kaummu untuk memperdagangkan hartanya dan mendapatkan keuntungan. Jika
engkau mau datang kepadanya, tenti ia kana melebihkanmu dari pada yang lain,
kerena kesucianmu.”
Nabi Muhammad
berkata :”Barangkali ia akan mengirim orang kepadaku mengenai hal itu.”
Maka Abu Thalib
berkata : “Aku khawatir ia akan menunjuk orang lain.”
Pembicaraan
antara pamannya dengan Nabi Muhammad itu sempai ditelinga Khadijah. Begitu ia
mendengar hal itu, Khatijah mengutus orang kepadanya, karena mengetahuio
keberanian dan kejujuran serta nama baiknya yang tersohor. Khadijah
menawarkannya untuk mengurusi barang perniagaannya menuju Syam dan memberinya
sebaik-baik imbalan daripada yang diberikan kepada pedagang-pedagang lainnya. Diberi
pula Nabi seorang Hamba sahaya yang bernama Maisyaroh. Maka rasulullah saw
menerima dan keluar membawa hartanya itu bersama sahayanya, menuju Syam.
Sekutu Dagang Menjadi Sekutu Hidup
Nabi Muhammad
kembali dari Syam membawa keuntungan banyak, yang belum pernah diperoleh
Khadijah. Hamba sahayanya kembali kepadanya dengan pembicaraan yang lebih
banyak tentang teman mulianya ini, tentang akhlaq luhur dan tanda-tanda
menakjubkan yang dilihatnya pada diri Nabi Muhammad saw.
Hati Khadijah
telah tertarik kepada Nabi Muhammad dan bermaksud menjadikannya sekutu hidup di
samping sebagai sekutu dagang, karena Nabi saw benar-benar lelaki yang tiada
tandingannya. Nabi Muhammad adalah seorang pemuda, tetapi ia tak pernah
menyia-nyiakan hidupnya. Ia seorang pedagang, tetapi ia bukanlah pedagang yang
serakah. Ia orang quraisy tetapi ia tidak pernah membanggakan sukunya.
Khadijah
mengutus seorang perantara kepada Nabi Muhammad. Maka ia berkata kepada Nabi
Muhammad “ Apakah yang mencegahmu untuk menikah?”
Nabi Muhammad
menjawab “Aku tidak punya apa-apa.”
“Bagiamana jika
kamu dinikahkan dengan wanita yang berharta yang cantik dan sepadan?”
Nabi Muhammad
bertanya “Siapa?’
Nafisah
menjawab “Khadijah”
Nabi Muhammad
menjawab ‘Bagaimana hal itu dapat terwujud bagiku?”
“Akulah yang
mengaturnya.”
Maka Rasulullah
saw, segera menyatakan penerimaannya dan pergilah utusan Khadijah menemui
Khadijah. Tidak lama kemudian Khadijah menetapkan waktu dimana paman-pamannya
dapat bertemu dengan keluarga Khadijah. Kemudian Rasulullah saw pergi bersama
kedua pamannya Abu Thalib dan Hamzah. Mereka meminang Khadijah dengan 20 ekor
Unta.
Perkawinan Teladan
Adalah termasuk
hal yang mudah bagi Nabi Muhammad bin Abdullah untuk menikahi seorang wanita di
anatar perawan-perawan Quraisy, bukanlah janda yang sudah berumur 40 tahun dan
telah menikah dua kali dan berumur lebih tua darinya.
Ia adalah
seorang yang berkepribadian kuat, berwajah tampan, mempunyai keluarga tersohor
pula, sehingga lapang jalannya untuk memilih pinangannya. Akan tetapi, ia
mecari akal yang lurus dan hati yang besar, dan hal itu dimiliki oleh Khadijah.
Begitu pula dengan khadijah, ia menolak uluran tangan bangsawan Quraisy dan
tidak segan menawarkan diri kepada pemuda yang menjalankan perniagaannya.

0 komentar:
Posting Komentar